Miris

Miris hati ini ketika mendapat informasi dari teman, mendengar dan melihat berbagai macam berita seputar produk daur ulang ataupun bukan daur ulang yang beredar di masyarakat. Belum lama terdengar kasus penggunaan alat kontrasepsi bekas untuk di daur ulang menjadi ikat rambut dan berbagai macam produk dari karet lainnya.

Alasannya satu karena lebih murah. Apakah harga menjadi satu-satunya penentu dalam produksi?? apakah tidak memperhatikan faktor lainnya?? seperti kesehatan, budaya, lingkungan, dll??

Negara barat dalam pandangan saya sebagai negara yang materialistik, yang semuanya diukur dengan uang. Namun coba lihat di Amerika Serikat (negara barat) yang dikatakan sebagai negara materialistik, yang mengukur segalanya dengan uang. Mereka terlihat lebih Islami kalau sisi materialistiknya disingkirkan terlebih dahulu.

Saya mendengar dari cerita kawan-kawan yang pernah keluar negeri bahwa alat transportasinya bersih, di Jerman kalo punya hewan peliharaan namun g diurus pemiliknya akan dituntut oleh negara, di Jerman kalo mendirikan rumah makan harus lolos dari tes kesehatan yang dilakukan pemerintahnya.

Kalo melihat sisi yang sebelah sini negara barat tidaklah sematerialistik yang saya pikirkan. Namun coba kita perhatikan di televisi (biasanya TransTV) yang menunjukkan ayam yang diberikan pengawet mayat biar tahan lama, ikat rambut karet yg dibuat dari alat kontrasepsi bekas, dll. Kalo dilihat dari sisi ini kita (Indonesia) ternyata lebih materialistik.

Jadi tolonglah kepada semua produsen tolong perhatikan konsumen anda, karena anda sebelum menjadi produsen adalah konsumen juga. Apa anda ingin menggunakan produk yang tidak baik bagi anda??

allahu 'alam

Disini Juga Ada

No comments:

Feed

Sampaikan Walau Satu Ayat

↑ Grab this Headline Animator

Subscribe to Sampaikan Walau Satu Ayat by Email

I heart FeedBurner

Powered By Blogger